Kamis, 25 Desember 2014

PENDIDIKAN PRASEKOLAH

PENDIDIKAN PRASEKOLAH
1.      Pembelajaran untuk Kanak-kanak
A.    Tujuan Pendidikan Kanak-kanak
Tujuan pendidikan kanak-kanak adalah untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh, sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut.
Secara garis besar ada lima fungsi utama pendidikan kanak-kanak menurut Solehuddin,(200:56), yaitu :
1)      Pengembangan potensi
2)      Penanaman dasar-dasar akidah dan keimanan
3)      Pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan
4)      Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
5)      Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif
Untuk mewujudkan fungsi tersebut, guru perlu menciptakan suatu atmosfer mencintai anak-anak, sehinggadapat mengembangkansemua potensi pribadi anak, baik aspek sosial, emosional, fisik dan intelekual. Selai itu guru perlu juga menciptakan atmosfer yang tepat pada pengembangan orang tua dan kanak-kanak (Todd dan Heffernan, 1966:19).
B.     Metode Pembelajaran Kanak-kanak
Ketepatan dan kesesuaian penggunaan metode pembelajaran ini akan berpengaruh pada proses pembelajaran selanjutnya. Ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dikuasi oleh guru berkaitan dengan metode pembelajaran ini :
1.      Anak usia kanak-kanak lazimnya aktif dan memiliki kemampuan untuk berkreasi, maka metode pembelajaran yang di kehendaki adalah “berpusat pada anak”. Artinya, anak diberi kebebasan dan kesempatan yang luas untuk berbuat aktif secara fisik maupun mental. Pembelajaran yang demikian akan membuat anak senang dan gemar belajar, karena kegiatan belajar dirasakan dan dipersepsi sebagai bagian yang terpadu dari kehidupannya. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas anak tidak sekedar merangsang pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan mental, sosial, emosional, secraa menyeluruh.
2.      Cara pembelajaran “terpadu” dipandang cocok untuk diterapkan pada usia kanak-kanak. Secara umum  pembelajaran terpadu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Anak mempelajari proses maupun isi pelajaran yang berhubungan dengan lebih dari satu bidang kurikulum pada saat yang sama
b)      Ada tujuan sebgai fokus pembelajaran
c)      Menghubungkan teori dan praktik
d)     Ada aktivitas-aktivitas yang menghubungkan proses dan isi dari berbagai bidang kurikulum.
e)      Didasarkan pada pendekatan inquiry, dimana anak terlibat dalam perencanaan, eksplorasi, serta salingtukar pengalaman dan pemahaman
f)       Anak-anak didorong untuk bekerja dalam suasana belajar yang kooperatif dalam merefleksi pengalaman belajarnya sendiri
3.      Adanya perbedaan secara individual anak menuntut guru untuk merancang dan memfasilitasi sejumlah alternatif kegiatan untuk memberi kesempatan kepada anak memilih kegiatan belajar yang diminati atau memberi kesempatan kepada anak untuk secara spontan berinisiatif.
4.      Pembelajaran kanak-kanak hendaknya memberi kesempatan sebanyak-banyaknya kepada anak untuk berinteraksi dengan guru, teman sebaya, maupun dengan objek-objek benda yang ada disekitarnya.
5.      Metode pembelajaran kanak-kanak hendaknya bersifat fleksibel, dan tidak terstruktur. Metode ini digunakan karena daya kosentrasi anak yang masih kurang yang menyebabkan anak menjadi tidak fokus.
6.      Penerapan bermain sebagai sarana belajar kanak-kanak merupakan hal yang perlu diprioritaskan. Pada penerapan bermain ini akan membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas langsung yang bersifat menyenangkan dan bukan hanya sekedar membuat anak mengikuti pembelajaran yangterstruktur dari guru. Metode pembelajaran ini diperlukan agar anak belajar secara alami dan bermakna.
Beberapa prinsip dasar yang perlu diterapkan, yaitu :
a)      Anak secara aktif terlibat dalam melaakukan sesuatu atau bermain dalam suasana yang menyenangkan
b)      Kegiatan pembelajaran dibangung berdasarkanpngalaman dan minat anak
c)      Mendorong terjadi komunikasi dan belajar secara bersama dan individual
d)     Mendorong berani mengambil risiko dan belajar dari kesalahan
e)      Memperhatikan variasi perkembangan anak
f)       Bersifat fleksibel

C.    Materi Pembelajaran Kanak-kanak
Materi pembelajaran harus relevan dengan karakteristik dan kebutuhannya. Materi yang cocok untuk kanak-kanak adalah: konkert, sesuai dengan dunia kehidupan anak, terkait dengan situasi pengalaman langsung, atraktif dan berwarna, mengundang rasa ingin tahu anak, bermanfaat dan terkait dengan aktivitas bermain anak.

D.    Model Pembelajaran Kanak-kanak
Bredekamp dan Rosegrant (1992) menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna. Searah dengan karakteristik dan dunia kehidupan anak-anak, maka model pembelajaran yang sesuai adalah bermain, bercerita, dan bernyanyi.
Bermain menurut Solehuddin (2000) dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat voluntir, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secraa intrinsik, menyenangkan, aktif, dn fleksibel.
Menurut Semiawan (2003: 16-17) ada beberapa ciri bermain, yaitu :
1.      Bermain sifatnya sukarela. Ini berarti bermaidilakukan anak sesuai degan keinginan dan kemauan anak.
2.      Bermain bersifat spontan. Artinya, aktivitas bermain dilakukan tanpa rencana sebelumnya, dan dilakukan di saat anak mau melakukannya.
3.      Aktivitas bermain terarah pada proses bukan hasil. Artinya, yang menjadi tujuan utama bermain adalah peristiwa atau aktivitas bermain itu sendiri, bukan hasilnya.
4.      Aktivitas bermain memiliki intrinsic rewards. Artinya, anak yang bermain akan senang dan bahagia, disaat ia dapat melakukan apa yang ingin ia lakukan. Anak tidak mengharapkan hadiah, tetapi karena bermain menyenangkan.
5.      Aktivitas bermain dapat memberikan suasana afeksi yang menyenangkan selama anak melakukannya.
6.      Ada keterlibatan aktif pada semua anak dalam aktivitas bermain. Artinya salam aktivitas bermain, semua anak terlibat secara aktif melakukannya.
7.      Aktivitas bermain bersifat fleksibel dan choiceful. Artinya, anak yang bermain memiliki kesempatan yang bebas memilih bermain apa pun yang diinginkan.

2.       Pendidikan Prasekolah
A.    Perihal Anak Prasekolah
Dari sisi pedagogi, usia anak terbagi menjadi dua bagian, anak prasekolah usia 3-6 tahun dan anak sekolah usia 7-12 tahun (Biechler dan Snowman, 1993:8). Anak usia prasekolah umunya mereka mengikuti program penitpan anak (Day Care) usia 3 bulan sampai 5 tahun, program kelompok bermain (Play Group) usia 3-4 tahun, dan program Taman Kanak-kanak (Kindergarten).
B.     Sejarah Pendidikan Prasekolah
Tahun 1990-an merupakan awal sejarah berdiri pendidikan prasekolah denga tokoh yang terkenal yaitu Frobel dan Montessori. Menurut Soemiarti Patmonodewo (2000: 9-10), sekolah yang pertama didirikan Montessori di Roma pada 1907 dan dalam waktu singkat sekolah semacam itu berkembang di seluruh dunia. Apabila Frobel terkenal dengan Kindergartennya, Montessori menyebut sekolahnya dengan Casa Dei Bambini. Montessori seperti Frobel memandang usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Ia juga memahami bahwa pendidikan sebagai aktivitas diri yang mengarah pada pembetukkan disiplin pribadi dan kemandirian.
Pendidikan anak model Montessori menurut Soemiarti Patmonodewo (2000: 91) berlandasan pada filsafah, yaitu :
1.      Ingatan yang meresap (absorbent mind) adalah prinsip yang penting dalam falsafah Montessori.
2.      Lingkungan yang disiapkan (The prepared environment) adalah mempersiapkan lingkangan pembelajaran.
3.      Belajar berorganisasi sendiri (auto education)
4.      Memperhatikan masa peka anak (sensitive period) adalah masa dalam perkembangan anak, di mana suatu konsep tertentu lebih mudah dipelajari oleh anak karena mereka telah memiliki kesiapan.
Jadi harapan orang tua terhadap pendidikan anak-anak harus menyesuaikan dengan masa kematangan dan kesiapan mereka, bukan malah hanya memenuhi kebanggaan orang tua sengan cra memaksa harapan orang tua. Akibat harapan orang tua yang terlampau tinggi untuk anak seusia prasekolah, maka anak mungkin akan merasa terbebani oleh harapan orang tua yang terlampau idealis, padahal anak belum cukup umur dan belum siap untuk memenuhi harapan orang tuanya.
Di Indonesia kehadiran pendidikan prasekolah terkait dengan sejarah Belanda ketika menjajah negeri ini seperti pendapat Patmonodewo (2000: 60). Pada  1950 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai ikut mengelola keberadaan pendidikan prasekolah dan mulai mengakui bahwa pendidikan prasekolah sebagai salah satu komponen dari sistem Pendidikan Nasional sebgaimana tercantum dalam UU No. 4 tahun 1950 tentang “Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran”.
Pelaksanaan pendidikan TK yang tercantum dalam kurikulum TK tahun 1994 mencantumkan antara lain:
1)      TK adalah salah satu bentuk pendidikan sekolah yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arasah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan keluarganya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
2)      Pendidikan TK tidak merupakan persyaratan untuk memasuki Sekolah Dasar ( SD).
3)      Program pendidikan kelompok A dan kelompok B buka merupakan jenjang yang harus diikitu oleh setiap anak didik.
4)      Pelaksanaan pendidikan di TK menganut prinsip bermain sambil belajar, atau belajar seraya bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain.
C.    Keterapilan Baca Tulis pada Pendidikan Prasekolah
Taman Kanak-kanak bukan sekolah. TK merupakan tempat bermain sambil belajar, sedangkan Sekolah Dasar merupakan tempat belajar. Di TK tidak diberikan pelajaran membaca, menulis, berhitung / matematika seperti di SD, yang diberikan di TK adalah usaha atau kegiatan persiapan membaca dan menulis serta permulaan berhitung / matematika. Dalam kegiatan ini di TK dibatasi pada usaha meletakkan dasa-dasar kesanggupan membaca, menulis dan berhitung / matematika. Setelah anak mengikuti program pendidikan TK, anak diharapkan telah memiliki kesanggupan-kesanggupan dan pengetahuan tertentu yang memungkinkan ia dapat mengikuti pelajaran permulaan membaca, menulis, dan berhitung tanpa banyak kesulitan. Kegiatan-kegiatan diatas harus dilakukan dengan menyenangkan, misalnya melalu bernyanyi, bermain, mengucapkan syair, pengelanan menulis dan berhitung sambil melihat-lihat gambar yang sesuai dengan minat anak (Patmonodewo, 2000:69).
Akan tetapi, Montessori (Patmonodewo, 2000: 10) percaya bahwa sebaiknya membaca diajarkan pada anak sejak dini dan periode yang tepat adalah pada usia 2 – 6 tahun, karena masa tersebut dianggap sebagai masa sensitive (sensitive period) untuk belajar membaca. Kemungkinan mengajarkan membaca untuk anak usia ini juga perlu ditunjang oleh metode yang sesuai dengan perkembangan mereka sebagaimana Sumadi Suryobroto (1994: 155) berpendapat : Sebetulnya sangat mungkin anak umur 3 – 4  tahun diajarkan membaca, asal menggunakan cara-cara yang tepat serta criteria dan didaktiknya disesuaikan.
Memerhatikan pendapat-pendapat yang berbeda seperti diatasa, menunjukkan bahwa boleh tidaknya pengajaran membaca untuk anak prasekolah seyogianya dengan memperhatikan kesiapan (readness) anak itu sendiri, yang tidak selalu harus seiring dengan usia kalender (chronological ages), akan tetapi lebih terkait dengan usia mental (mental ages). Artinya, anak sudah mencapai kesiapan untuk membaca bukan karena usia mereka sekian tahun, tetapi apakah secara mental anak siapuntuk menerima pengajaran membaca.

Sumber : Nurhayati, Eti. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar