PENDIDIKAN PRASEKOLAH
1.
Pembelajaran
untuk Kanak-kanak
A.
Tujuan
Pendidikan Kanak-kanak
Tujuan pendidikan kanak-kanak adalah untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh,
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut.
Secara garis besar ada lima fungsi utama pendidikan
kanak-kanak menurut Solehuddin,(200:56), yaitu :
1) Pengembangan
potensi
2) Penanaman
dasar-dasar akidah dan keimanan
3) Pembentukan
dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan
4) Pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
5) Pengembangan
motivasi dan sikap belajar yang positif
Untuk mewujudkan fungsi tersebut, guru perlu
menciptakan suatu atmosfer mencintai anak-anak, sehinggadapat
mengembangkansemua potensi pribadi anak, baik aspek sosial, emosional, fisik
dan intelekual. Selai itu guru perlu juga menciptakan atmosfer yang tepat pada
pengembangan orang tua dan kanak-kanak (Todd dan Heffernan, 1966:19).
B.
Metode
Pembelajaran Kanak-kanak
Ketepatan dan kesesuaian penggunaan metode
pembelajaran ini akan berpengaruh pada proses pembelajaran selanjutnya. Ada
beberapa hal yang perlu dipahami dan dikuasi oleh guru berkaitan dengan metode
pembelajaran ini :
1. Anak
usia kanak-kanak lazimnya aktif dan memiliki kemampuan untuk berkreasi, maka
metode pembelajaran yang di kehendaki adalah “berpusat pada anak”. Artinya,
anak diberi kebebasan dan kesempatan yang luas untuk berbuat aktif secara fisik
maupun mental. Pembelajaran yang demikian akan membuat anak senang dan gemar
belajar, karena kegiatan belajar dirasakan dan dipersepsi sebagai bagian yang
terpadu dari kehidupannya. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas anak tidak
sekedar merangsang pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan mental, sosial,
emosional, secraa menyeluruh.
2. Cara
pembelajaran “terpadu” dipandang cocok untuk diterapkan pada usia kanak-kanak.
Secara umum pembelajaran terpadu
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Anak
mempelajari proses maupun isi pelajaran yang berhubungan dengan lebih dari satu
bidang kurikulum pada saat yang sama
b) Ada
tujuan sebgai fokus pembelajaran
c) Menghubungkan
teori dan praktik
d) Ada
aktivitas-aktivitas yang menghubungkan proses dan isi dari berbagai bidang
kurikulum.
e) Didasarkan
pada pendekatan inquiry, dimana anak
terlibat dalam perencanaan, eksplorasi, serta salingtukar pengalaman dan
pemahaman
f) Anak-anak
didorong untuk bekerja dalam suasana belajar yang kooperatif dalam merefleksi
pengalaman belajarnya sendiri
3. Adanya
perbedaan secara individual anak menuntut guru untuk merancang dan memfasilitasi
sejumlah alternatif kegiatan untuk memberi kesempatan kepada anak memilih
kegiatan belajar yang diminati atau memberi kesempatan kepada anak untuk secara
spontan berinisiatif.
4. Pembelajaran
kanak-kanak hendaknya memberi kesempatan sebanyak-banyaknya kepada anak untuk
berinteraksi dengan guru, teman sebaya, maupun dengan objek-objek benda yang
ada disekitarnya.
5. Metode
pembelajaran kanak-kanak hendaknya bersifat fleksibel, dan tidak terstruktur.
Metode ini digunakan karena daya kosentrasi anak yang masih kurang yang
menyebabkan anak menjadi tidak fokus.
6. Penerapan
bermain sebagai sarana belajar kanak-kanak merupakan hal yang perlu
diprioritaskan. Pada penerapan bermain ini akan membuat anak terlibat dalam
suatu aktivitas langsung yang bersifat menyenangkan dan bukan hanya sekedar
membuat anak mengikuti pembelajaran yangterstruktur dari guru. Metode
pembelajaran ini diperlukan agar anak belajar secara alami dan bermakna.
Beberapa
prinsip dasar yang perlu diterapkan, yaitu :
a) Anak
secara aktif terlibat dalam melaakukan sesuatu atau bermain dalam suasana yang
menyenangkan
b) Kegiatan
pembelajaran dibangung berdasarkanpngalaman dan minat anak
c) Mendorong
terjadi komunikasi dan belajar secara bersama dan individual
d) Mendorong
berani mengambil risiko dan belajar dari kesalahan
e) Memperhatikan
variasi perkembangan anak
f) Bersifat
fleksibel
C.
Materi
Pembelajaran Kanak-kanak
Materi pembelajaran
harus relevan dengan karakteristik dan kebutuhannya. Materi yang cocok untuk
kanak-kanak adalah: konkert, sesuai dengan dunia kehidupan anak, terkait dengan
situasi pengalaman langsung, atraktif dan berwarna, mengundang rasa ingin tahu
anak, bermanfaat dan terkait dengan aktivitas bermain anak.
D.
Model
Pembelajaran Kanak-kanak
Bredekamp dan Rosegrant
(1992) menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna. Searah
dengan karakteristik dan dunia kehidupan anak-anak, maka model pembelajaran
yang sesuai adalah bermain, bercerita, dan bernyanyi.
Bermain menurut
Solehuddin (2000) dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat voluntir,
spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secraa intrinsik, menyenangkan,
aktif, dn fleksibel.
Menurut Semiawan (2003:
16-17) ada beberapa ciri bermain, yaitu :
1. Bermain
sifatnya sukarela. Ini berarti bermaidilakukan anak sesuai degan keinginan dan
kemauan anak.
2. Bermain
bersifat spontan. Artinya, aktivitas bermain dilakukan tanpa rencana
sebelumnya, dan dilakukan di saat anak mau melakukannya.
3. Aktivitas
bermain terarah pada proses bukan hasil. Artinya, yang menjadi tujuan utama
bermain adalah peristiwa atau aktivitas bermain itu sendiri, bukan hasilnya.
4. Aktivitas
bermain memiliki intrinsic rewards.
Artinya, anak yang bermain akan senang dan bahagia, disaat ia dapat melakukan
apa yang ingin ia lakukan. Anak tidak mengharapkan hadiah, tetapi karena bermain
menyenangkan.
5. Aktivitas
bermain dapat memberikan suasana afeksi yang menyenangkan selama anak
melakukannya.
6. Ada
keterlibatan aktif pada semua anak dalam aktivitas bermain. Artinya salam
aktivitas bermain, semua anak terlibat secara aktif melakukannya.
7. Aktivitas
bermain bersifat fleksibel dan choiceful.
Artinya, anak yang bermain memiliki kesempatan yang bebas memilih bermain apa
pun yang diinginkan.
2.
Pendidikan Prasekolah
A.
Perihal
Anak Prasekolah
Dari sisi pedagogi, usia anak terbagi menjadi dua
bagian, anak prasekolah usia 3-6 tahun dan anak sekolah usia 7-12 tahun
(Biechler dan Snowman, 1993:8). Anak usia prasekolah umunya mereka mengikuti
program penitpan anak (Day Care) usia
3 bulan sampai 5 tahun, program kelompok bermain (Play Group) usia 3-4 tahun, dan program Taman Kanak-kanak (Kindergarten).
B.
Sejarah
Pendidikan Prasekolah
Tahun 1990-an merupakan awal sejarah berdiri
pendidikan prasekolah denga tokoh yang terkenal yaitu Frobel dan Montessori.
Menurut Soemiarti Patmonodewo (2000: 9-10), sekolah yang pertama didirikan
Montessori di Roma pada 1907 dan dalam waktu singkat sekolah semacam itu
berkembang di seluruh dunia. Apabila Frobel terkenal dengan Kindergartennya, Montessori menyebut
sekolahnya dengan Casa Dei Bambini.
Montessori seperti Frobel memandang usia dini sebagai suatu proses yang
berkesinambungan. Ia juga memahami bahwa pendidikan sebagai aktivitas diri yang
mengarah pada pembetukkan disiplin pribadi dan kemandirian.
Pendidikan anak model Montessori menurut Soemiarti
Patmonodewo (2000: 91) berlandasan pada filsafah, yaitu :
1. Ingatan
yang meresap (absorbent mind) adalah
prinsip yang penting dalam falsafah Montessori.
2. Lingkungan
yang disiapkan (The prepared environment)
adalah mempersiapkan lingkangan pembelajaran.
3. Belajar
berorganisasi sendiri (auto education)
4. Memperhatikan
masa peka anak (sensitive period)
adalah masa dalam perkembangan anak, di mana suatu konsep tertentu lebih mudah
dipelajari oleh anak karena mereka telah memiliki kesiapan.
Jadi harapan orang tua terhadap pendidikan anak-anak
harus menyesuaikan dengan masa kematangan dan kesiapan mereka, bukan malah
hanya memenuhi kebanggaan orang tua sengan cra memaksa harapan orang tua.
Akibat harapan orang tua yang terlampau tinggi untuk anak seusia prasekolah,
maka anak mungkin akan merasa terbebani oleh harapan orang tua yang terlampau
idealis, padahal anak belum cukup umur dan belum siap untuk memenuhi harapan
orang tuanya.
Di Indonesia kehadiran pendidikan prasekolah terkait
dengan sejarah Belanda ketika menjajah negeri ini seperti pendapat Patmonodewo
(2000: 60). Pada 1950 Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan mulai ikut mengelola keberadaan pendidikan prasekolah
dan mulai mengakui bahwa pendidikan prasekolah sebagai salah satu komponen dari
sistem Pendidikan Nasional sebgaimana tercantum dalam UU No. 4 tahun 1950
tentang “Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran”.
Pelaksanaan pendidikan TK yang tercantum dalam
kurikulum TK tahun 1994 mencantumkan antara lain:
1) TK
adalah salah satu bentuk pendidikan sekolah yang bertujuan untuk membantu meletakkan
dasar ke arasah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan
daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
keluarganya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
2) Pendidikan
TK tidak merupakan persyaratan untuk memasuki Sekolah Dasar ( SD).
3) Program
pendidikan kelompok A dan kelompok B buka merupakan jenjang yang harus diikitu
oleh setiap anak didik.
4) Pelaksanaan
pendidikan di TK menganut prinsip bermain sambil belajar, atau belajar seraya
bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain.
C.
Keterapilan
Baca Tulis pada Pendidikan Prasekolah
Taman Kanak-kanak bukan sekolah. TK merupakan tempat
bermain sambil belajar, sedangkan Sekolah Dasar merupakan tempat belajar. Di TK
tidak diberikan pelajaran membaca, menulis, berhitung / matematika seperti di
SD, yang diberikan di TK adalah usaha atau kegiatan persiapan membaca dan
menulis serta permulaan berhitung / matematika. Dalam kegiatan ini di TK
dibatasi pada usaha meletakkan dasa-dasar kesanggupan membaca, menulis dan
berhitung / matematika. Setelah anak mengikuti program pendidikan TK, anak
diharapkan telah memiliki kesanggupan-kesanggupan dan pengetahuan tertentu yang
memungkinkan ia dapat mengikuti pelajaran permulaan membaca, menulis, dan
berhitung tanpa banyak kesulitan. Kegiatan-kegiatan diatas harus dilakukan
dengan menyenangkan, misalnya melalu bernyanyi, bermain, mengucapkan syair,
pengelanan menulis dan berhitung sambil melihat-lihat gambar yang sesuai dengan
minat anak (Patmonodewo, 2000:69).
Akan tetapi, Montessori (Patmonodewo, 2000: 10)
percaya bahwa sebaiknya membaca diajarkan pada anak sejak dini dan periode yang
tepat adalah pada usia 2 – 6 tahun, karena masa tersebut dianggap sebagai masa sensitive
(sensitive period) untuk belajar
membaca. Kemungkinan mengajarkan membaca untuk anak usia ini juga perlu
ditunjang oleh metode yang sesuai dengan perkembangan mereka sebagaimana Sumadi
Suryobroto (1994: 155) berpendapat : Sebetulnya sangat mungkin anak umur 3 – 4 tahun diajarkan membaca, asal menggunakan
cara-cara yang tepat serta criteria dan didaktiknya disesuaikan.
Memerhatikan pendapat-pendapat yang berbeda seperti
diatasa, menunjukkan bahwa boleh tidaknya pengajaran membaca untuk anak
prasekolah seyogianya dengan memperhatikan kesiapan (readness) anak itu sendiri, yang tidak selalu harus seiring dengan
usia kalender (chronological ages),
akan tetapi lebih terkait dengan usia mental (mental ages). Artinya, anak sudah mencapai kesiapan untuk membaca
bukan karena usia mereka sekian tahun, tetapi apakah secara mental anak
siapuntuk menerima pengajaran membaca.
Sumber
: Nurhayati, Eti. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar