MAKALAH TEORI ORGANISASI UMUM 2
Disusun oleh:
1.
Bayu
Arya Pratama ( 1111386 )
2.
Claudia
Febrina (11112639)
3.
Irena
Armalia Gicta ( 13112778 )
4.
Nurulita
Dewi Hardiyanti ( 15112556 )
5.
Roy
Yohanes Lumban Gaol ( 16112708 )
6.
Siti
Karina Rachmawaty ( 17112059 )
Kelas :
2KA13
Kelompok : 2
Fakultas
Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas
Gunadarma
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Teori Organisasi Umum 2# ini dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan
Makalah ini dengan judul Perilaku Organisasi. Makalah ini disusun untuk memberikan informasi dan wawasan dalam
berorganisasi, selain itu Makalah ini dapat digunakan bagi pembaca untuk
mengetahui apa itu pengertian dan karakteristik kelompok, tahapan pembentukan
kelompok, kekuatan team work dan implikasi manajeral. Penulis menyadari dalam
Makalah Teori Organisasi Umum 2#, masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis berharap Makalah
ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita, semoga Makalah ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi penulis pada khususnya.
Depok, Maret 2014
Penulis
Pendahuluan
Pembahasan
1. Pengertian dan Karakteristik Kelompok
Ada beberapa definisi dalam kelompok, antara
lain :
“ sekumpulan orang yang merasa terikat bersama dalam unit
koheren pada beberapa tingkatan ”
“ dua atau lebih orang yang berbagai definisi dan
evaluasi yang serupa tentang diri mereka dan bersikap berdasarkan definisi”
“ dua atau lebih individu berinteraksi secara langsung,
masing – masing peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup, masing – masing
peduli dengan orang lainyang menjadi anggota grup, dan masing – masing peduli
dengan ketergantunganpositif mereka sehingga mereka dapat berusaha mencari
tujuan bersama ”
“ dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling
bergantung untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu ”
Kelompok dapat berupa kelompok formal dan
kelompok informal. Kelompok formal adalah kelompok kerja yang ditugaskan dan
didefinisikan oleh struktur organisasi. Kelompok informal adalah kelompok yang
tidak berstruktur formal maupun secara organisasional. Selain kelompok formal
dan informal kelompok dapat berupa kelompok komando, kelompok tugas, kelompok
kepentingan dan kelompok persahabatan.
2. Karakteristik
Kelompok
Sebuah kelompok (group) didefinisikan
sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung,
bergabung untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kelompok formal, (formal
group) adalah kelompok-kelompok yang didefinisikan oleh struktur
organisasi, dengan penentuan tugas berdasarkan penunjukkan penugasan kerja.
Sebaliknya, kelompok informal (informal group) adalah perhimpunan yang
tidak terstruktur secara formal maupun secara organisasional.
Kelompok-kelompok komando dan tugas
ditentukan oleh organisai formal, sementara kelompok-kelompok kepentingan dan
persahabatn merupakan perhimpunan informal.
1
Kelompok
komando (command group)
ditentukan oleh grafik organisasi. Kelompok terdiri atas indivindu-indivindu
yang melapor secara langsung kepada seorang manajer.
Kelompok
tugas (task group), juga
ditentukan secara organisasional., mewakili mereka yang bekerja bersama-sama
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tetapi, batasan-batasan sebuah kelompok
tugas tidak terbatas secara hierarkis pada atasan langsungnya. Kelompok
tersebut dapat memotong hubungan-hubungan komando.
Orang yang mungkin tergabung dalam
kelompok komando atau kelompok tugas yang sama ataupun yang tidak, dapat
bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan yang menjadi kepentingan
masing-masing orang. Hal ini disebut sebagai kelompok kepentingan (interest
group).
3. TAHAP TAHAP
PEMBENTUKAN KELOMPOK
Kelompok biasanya berkembang melalui sebuah
urutan terstandar dalam evolusi mereka. Kita menyebut urutan ini model 5 tahap
perkembangan kelompok. Meskipun riset mengindikasikan bahwa tidak semua
kelompok mengikuti pola ini, model tersebut adalah sebuah kerangka kerja yang
berguna untuk memahami perkembangan kelompok. Dalam bagian ini, kita
mendeskripsikan model umum yang terdiri atas 5 tahap tersebut dan sebuah model
alternatif untuk kelompok – kelompok sementara dengan tenggang waktu.
-
MODEL
LIMA TAHAP
Model lima tahap perkembangan kelompok ( five
– stage group – development model ) menyebutkan karakteristik perkembangan
kelompok dalam 5 tahap yang berbeda : pembentukan, timbulnya konflik,
normalisasi, hasil berupa kinerja, dan pembubaran.
·
Tahap
pertama, pembentukan ( forming ) , memiliki karakteristik besarnya
ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok tersebut. Para
anggotanya ‘menguji kedalaman air’ untuk menentukan jenis-jenis perilaku yang dapat
diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka
sebagai dari kelompok.
·
Tahap
keduan , timbulnya konflik ( storming stage ) adalah suatu daya konflik intra
kelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi
terdapat penolakan terhadap batasan-batasan yang diterapkan kelompok tersebut
terhadap setian indivindu.
2
·
Tahap
ketiga adalah tahap dimana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut
menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan
identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisai (norming stage) ini
selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah
mengasimilasi serangkaian ekspetasi umum definisi yang benar atas perilaku
anggota.
·
Tahap
keempat adalah berkinerja ( performing ). Pada titik ini struktur telah
sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling
mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
·
Tahap
kelima adalah pembubaran ( adjourning stage ) . dalam tahap ini, kelompok
tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi
tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian
diarahkan untuk menyelesaikan aktifitas – aktifitas. Kebanyakan prang yang
menginterpretasikan model lima tahap tersebut berasumsi bahwa sebuah kelompok
semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak melalui empat tahap pertama.
Meskipun asumsi ini mungkin secara umum
besar, apa yang membuat sebuah kelompok efektif adalah lebih kompleks dari yang
dikenali oleh model ini. Dibawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi
mungkin baik untuk kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat berharap untuk
menemukan situasi dimana kelompok – kelompok dalam tahap dua berpenampilan
lebih baik dibandingkan mereka yang berada dalam tahap tiga dan empat.
Kadang
kadang pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan pada waktu yang bersamaan,
seperti ketika kelompok mengalami konflik dan tampil pada waktu yang sama.
Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap sebelumnya. Jadi pendukung yang
paling kuat dari model ini sekalipun tidak mengasumsikan bahwa semua kelompok
mengikuti proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap empat selalu yang
paling diinginkan.
KEUNGGULAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK.
Kelompok dapat menghasilkan
informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan menjumlahkan sumber-sumber
daya dari beberapa individu, kelompok membawa lebih banyak masukan ke dalam
proses pengambilan keputusan. Selain masukan yang lebih banyak, kelompok dapat
membawa heterogenitas ke dalam proses pengambilan keputusan. Mereka menawarkan
semakin meningkatnya keragaman pandangan.
3
Hal ini membuka kesempatan
terhadap lebih banyak pendekatan dan alternatif untuk dipertimbangkan.
Akhirnya, kelompok dapat meningkatkan penerimaan atas sebuah solusi. Banyak
keputusan gagal setelah pilihan terakhir dibuat karena orang – orang tidak
dapat menerima solusi tersebut. Anggota kelompok yang berpartisipasi dalam
mengambil sebuah keputusan kemungkinan akan mendukung keputusan tersebut dengan
antusias dan mendorong orang lain untuk menerimanya.
4. Kekuatan Team Work
Teamwork atau kerja sama tim merupakan bentuk
kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya.
Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi
satu pribadi untuk mencpai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan
pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi paling populer
di tim.
Dalam
sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan
menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan
atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim
lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu
tujuan bersama.
Saling
mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork.
Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi
perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya
terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu. Bahkan
dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang
terkadang menyimpan pula perselisihan. Makanya sangat penting untuk menyadari
bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.
Berikut
poin-poin teamwork yang baik:
4
a.
Teamwork adalah kerjasama dlm tim yang
biasanya dibentuk dari beragam divisi dan kepentingan.
b.
Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah
kerja individual.
c.
Filosofi teamwork: ‘saya mengerjakan
apa yang Anda tidak bisa dan Anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa.
d.
Ketika berada dalam teamwork, segala ego
pribadi, sektoral, deparmen harus disingkirkan.
e.
Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai
adalah target bersama, bukan individual.
f.
Keragaman individu dalam teamwork memang
sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak ada saling pengertian.
g.
Saling pengertian terhadap karakter
masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses bersama.
h.
Jika setiap orang bekerjasama via bidang
masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi.
i.
Individu yang egois mengejar target pribadi
akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika si A mengejar target A &
si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana?
j.
Keahlian masing-masing sungguh menjadi
anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target.
k.
Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar
pergesekan tidak berujung pada pemboikotan kerjasama.
l.
Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter
individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama.
Ingatlah selalu bahwa: ‘teamwork makes the dream work’.
5
5. IMPLIKASI
MANAJERIAL
Sejumlah sifat kelompok menunjukkan hubungan terhadap
kinerja. Persepsi peran, norma, perbedaan status, ukuran kelompok, dan
kekohesifan merupakan beberapa contoh yang menonjol.
KRITERIA
EFEKTIVITAS
|
INTERAKSI
|
TUKAR
PILIHAN
|
NOMINAL
|
ELEKTRONIK
|
Jumlah
dan kualitas ide
|
Rendah
|
Menengah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tekanan
sosial
|
Tinggi
|
Rendah
|
Menengah
|
Rendah
|
Biaya
uang
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Tinggi
|
Kecepatan
|
Menengah
|
Menengah
|
Menengah
|
Menengah
|
Orientasi
tugas
|
Rendah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Potensi
untuk konflik antar personal
|
Tinggi
|
Rendah
|
Menengah
|
Rendah
|
Komitmen
pada solusi
|
Tinggi
|
Tidak
dapat diterapkan
|
Menengah
|
Menengah
|
Pengembangan
kekohesifan kelompok
|
tinggi
|
Tinggi
|
Menengah
|
Rendah
|
Terdapat
sebuah hubungan positif antara persepsi peran dan evaluasi kinerja seorang
karyawan. Tingkat kesesuaian yang ada antara persepsi atas pekerjaan yang
dilakukan karyawan dan atasan mempengaruhi tingkat dimana karyawan tersebut
akan dinilai sebagai pekerja yang efektif oleh atasan. Hingga tingkat dimana
persepsi peran karyawan memenuhi ekspetasi peran atasan, karyawan tersebut akan
menerima evaluasi kinerja yang lebih tinggi.
Norma
mengendalikan perilaku anggota kelompok dengan menetapkan standar benar atau
salah. Norma – norma dari suatu kelompok dapat membantu menjelaskan perilaku
para anggotanya bagi para manajer. Ketika norma mendukung hasil yang tinggi,
para manajer dapat mengharapkan kinerja indivindual jauh lebih tinggi
dibandingkan ketika norma kelompok mengarah untuk menghambat hasil. Dengan cara
serupa, norma yang mendukung perilaku antisosial meningkatkan kemungkinan bahwa
indivindu-indivindu akan terlibat dalam aktifitas-aktifitas menyimpang di
tempat kerja.
6
Ketidaksetaraan status menciptakan frustasi serta dapat
merugikan produktifitas dan kesediaan untuk tetap bersama dalam sebuah
organisasi. Diantara para indivindu yang sensitif terhadap kesetaraan,
ketidaksesuaian mungkin akan menyebabkan motivasi yang menurun dan usaha yang
meningkat untuk mencari cara-cara membawa keadilan (yaitu, menerima pekerjaan
ini). Selain itu , karena orang-orang berstatus rendah cenderung untuk kurang berpatisipasi
dalam diskusi-diskusi kelompok, kelompok yang dikarakteristikan oleh perbedaan
status tinggi di antara para anggotanya kemungkinan akan menghambat masukan
dari para anggota berstatus lebih rendah dan menurunkan potensi mereka.
Dampak dari ukuran terhadapnkinerja kelompok bergantung
pada jenis tugas dimana kelompok tersebut terlibat. Kelompok yang lebih besar
lebih efektif untuk mencari fakta. Kelompok yang lebih kecil lebih efektif pada
tugas-tugas untuk melakukan tindakan.
Kepuasan dalam hubungan
persepsi peran kinerja, kesesuaian yang tinggi antara seoarang atasan dan
karyawan terhadap persepsi pekerjaan karyawan menunjukan asosiasi yang
signifikan dengan kepuasan kerja karyawan yang tinggi . dengan cara serupa,
konflik peran diasosiasikan dengan ketegangan yang disebabkan oleh pekerjaan
dan ketidakpuasan pekerja. Sebagian besar orang menyukai untuk berkomunikasi
dengan orang-orang di tingkat status mereka sendiri atau yang lebih tinggi dari
pada orang-orang yang berada dibawah mereka. Sebagian hasilnya, kita seharusnya
mengharapkan kepuasan yang lebih tinggi diantara para karyawan yang
pekerjaannya meminimalkan interaksi dengan indivindu-indivindu yang mempunyai
status lebih rendah dari pada mereka sendiri.
Hubungan ukuran kelompok
kepuasan adalah sesuatu yang akan diharapkan seseorang secara intuitif,
kelompok yang lebih besar diasosiasikan dengan kepuasan yang lebih rendah.
Seiring ukuran yang semakin besar, kesempatan untuk berpatisipasi dan interaksi
sosial menurun, juga kemampuan dari para anggota untuk mengidentifikasikan diri
dengan pencapaian kelompok. Memiliki lebih banyak anggota kelompok juga
mendorong perselisihan, konflik, dan pembentukan subkelompok, yang seluruhnya
membuat kelompok tersebut menjadi satu kesatuan yang kurang nyaman bagi
seseorang untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut.
7
Daftar
pustaka
1. stephen p.robbins –
timothy A.judge , perilaku organisai . penerbit salemba humanika
2. sarlito W.sarwono – eko
A.meinarno , psikologi sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar